Sepuluh Muharam
10 muharam 1445 bertepatan dengan hari jum’at tanggal 28 juli 2023, dikenal juga dengan hari ASYURO
Bulan Muharram merupakan bulan pertama dalam kalender Hijriyah. Di bulan Muharram terdapat hari-hari yang diutamakan untuk melakukan ibadah sunnah tertentu, salah satunya adalah menyantuni anak yatim.
Maka tidak mengherankan jika bulan Muharram juga disebut sebagai bulan anak yatim. Bahkan di Indonesia, terdapat hari khusus di bulan Muharram yang disebut sebagai lebaran anak yatim.
Hari ‘Asyuro adalah hari yang sangat bersejarah, banyak peristiwa penting dan monumental yang terjadi di hari ‘Asyuro, salah satunya adalah hari ketika Allah menyelamatkan Nabi Musa ‘alaihis sholatu was salam beserta kaumnya dan meneggelamkan fir’aun beserta bala tentaranya.. Sangking bahagianya dan sebagai wujud rasa syukur karena telah diselamatkan Allah dari kejaran fir’aun beserta bala tentaranya, mereka mengenangnya dengan melakukan ibadah puasa pada hari tersebut.
Hari yang disebut sebagai lebaran anak yatim ini jatuh pada tanggal 10 Muharram setiap tahunnya. Pada hari ini, setiap muslim dianjurkan untuk memperbanyak amal saleh mulai dari bersedekah, puasa, termasuk memuliakan anak yatim, meski hanya mengusap kepalanya.
Tentu ada sejumlah alasan yang melatarbelakangi mengapa tanggal 10 Muharram dianggap sebagai hari lebaran bagi anak yatim.
Ada banyak sumber yang menceritakan keagungan 10 Muharram. Salah satunya terdapat dalam Kitab Tanbihul Ghafilin karya Abu Laits As Samarqandi.
Dalam kitab tersebut dijelaskan bahwa alasan 10 Muharram disebut sebagai Hari Asyura atau Lebaran Anak Yatim karena tanggal tersebut sering digunakan sebagai momen kebahagiaan bagi anak-anak yatim. Pada 10 Muharram, banyak orang memberikan perhatian dan santunan kepada mereka yang kehilangan satu atau kedua orang tuanya.
Selain itu, di masa lalu, banyak peristiwa yang terkait dengan kekuasaan Allah SWT terjadi pada tanggal 10 Muharam ini. Pada tanggal 10 Muharram juga dikenal sebagai Asyura yang identik dengan peristiwa-peristiwa penting dalam sejarah Islam yang diceritakan dalam kitab-kitab ulama dan hadis-hadis dari Nabi Muhammad SAW.
Beberapa peristiwa penting seperti penyelamatan Nabi Ibrahim AS dari api yang membakar saat ia dibakar oleh Raja Namrud, penerimaan taubat Nabi Adam AS, dan peristiwa-peristiwa lainnya.
Tentu saja bukan tanpa alasan setiap muslim dianjurkan untuk menyantuni anak yatim terutama di bulan Muharram. Anjuran untuk menyantuni anak yatim di bulan Muharram ini terkait dengan sejumlah keutamaannya. Berikut adalah beberapa keutamaan dari memberikan santunan kepada anak yatim di hari Lebaran Anak Yatim:
1. Kesempatan untuk menjadi sahabat Rasulullah SAW di surga
Orang yang dengan ikhlas merawat dan memberikan santunan kepada anak yatim akan mendapatkan tempat di surga yang dekat dengan Rasulullah SAW. Seperti kedekatan antara jari telunjuk dan jari tengah, sesuai dengan hadis berikut,
Dari Sahl bin Sa’ad radhiallahu ‘anhu dia berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Aku dan orang yang menanggung anak yatim (kedudukannya) di surga seperti ini”, kemudian beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam mengisyaratkan jari telunjuk dan jari tengah beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam, serta agak merenggangkan keduanya. (HR. al-Bukhari no. 4998 dan 5659)
2. Jaminan masuk surga bagi pengasuh anak yatim
Meskipun seseorang yang merawat dan memberikan santunan kepada anak yatim mungkin tidak dapat menjadi teman Rasulullah di surga karena beberapa alasan, Allah SWT tetap menjamin mereka masuk surga.
3. Pertolongan dari Allah SWT
Membantu dan memberikan santunan kepada anak yatim di lebaran anak yatim, dalam berbagai bentuk kepedulian nyata merupakan ibadah yang akan mendatangkan pahala dari Allah SWT. Orang yang menolong anak yatim akan mendapatkan pertolongan dari Allah SWT.
4. Terhindar dari siksa di akhirat
Keutamaan memberikan santunan kepada anak yatim juga meliputi terhindar dari siksa di akhirat, sesuai dengan ucapan Rasulullah SAW.
5. Investasi amal untuk akhirat
Menyayangi dan memberikan santunan kepada anak yatim merupakan salah satu bentuk investasi amal sebagai bekal di akhirat. Hal ini sejalan dengan ajaran Rasulullah SAW.
6. Keberuntungan dan menjadi yang terbaik
Memberikan santunan kepada anak yatim juga merupakan salah satu bentuk ibadah sosial dalam rangka amar makruf nahi mungkar, yaitu mengajak kepada kebaikan dan melarang dari perbuatan maksiat.
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa pada tanggal 10 Muharram dikenal sebagai hari lebaran anak yatim. Pada hari tersebut kita dianjurkan untuk memuliakan dan menyantuni anak yatim.
Dalam agama Islam, memberikan santunan kepada anak yatim memiliki makna mengambil tanggung jawab seorang ayah terhadap anak tersebut. Oleh karena itu, memberikan santunan kepada anak yatim harus dilakukan secara rutin dan menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari.
Anak yatim memiliki kebutuhan yang sama dengan anak-anak lainnya, baik secara materi maupun emosional. Secara materi, mereka berhak memperoleh makanan, pakaian, tempat tinggal, dan pendidikan yang layak seperti anak-anak pada umumnya. Secara emosional, mereka juga membutuhkan kasih sayang, perhatian, dan penggantian peran ayah.
Namun, penting untuk memberikan santunan kepada anak yatim dengan ikhlas dan tanpa paksaan, hanya karena keinginan tulus dari hati.
Jika tidak dapat memenuhi kebutuhan mereka secara rutin, setidaknya kita dapat memberikan santunan kepada anak yatim pada momen-momen tertentu. Ada berbagai cara yang dapat dilakukan untuk menyantuni anak yatim, terutama di bulan Muharram yang mulia, antara lain sebagai berikut:
1. Bantuan pangan dan sembako
Memberikan makanan bergizi dan sembako yang merupakan kebutuhan dasar anak yatim, seperti nasi, roti, susu, buah, dan bahan sembako lainnya.
2. Perlengkapan ibadah
Memberikan perlengkapan ibadah seperti baju koko, sajadah, mukena, dan sarung yang dapat mendukung ibadah mereka.
3. Perlengkapan mandi dan mencuci
Memberikan perlengkapan mandi dan mencuci seperti sampo, sabun, sikat gigi, dan deterjen yang dapat digunakan oleh anak yatim yang tinggal di asrama atau panti.
4. Perlengkapan sekolah
Memberikan tas, sepatu, buku tulis, seragam, dan perlengkapan sekolah lainnya yang dapat membantu anak yatim dalam pendidikan mereka.
5. Beasiswa pendidikan
Memberikan beasiswa pendidikan kepada anak yatim untuk membantu mereka melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.
6. Buku cerita edukatif
Memberikan sumbangan buku cerita dan buku pelajaran yang dapat meningkatkan prestasi akademik dan menjadi sarana hiburan bagi anak yatim.
7. Pakaian
Memberikan pakaian yang layak dan sesuai ukuran badan anak yatim sebagai bentuk sumbangan yang penting.
8. Menjadi orang tua asuh sehari
Selain bantuan barang, menghabiskan waktu bersama anak yatim sebagai orang tua asuh untuk satu hari dapat memberikan pengalaman berharga, seperti mengunjungi tempat menarik, menonton, atau berbelanja bersama mereka.
Pada hari ‘Asyuro ini pulalah, Nabi Muhammad SAW. yang merupakan nabi terakhir melestarikan tradisi ini dengan mengajarkan kepada umatnya untuk melaksanakan satu bentuk ibadah dan ketundukan kepada Allah Ta’ala yaitu ibadah puasa, yang kita kenal dengan puasa Asyuro. Sebagaimana disebutkan dalam hadis yang diriwayatkan oleh bukhori dan muslim, Abu Musa al-Asy’ari mengatakan: “Hari Asyura adalah hari yang diagungkan oleh orang-orang Yahudi dan dijadikan oleh mereka sebagai hari raya, maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wassalam bersabda: “Berpuasalah kamu sekalian pada hari itu.”
Dalam hadis yang lain Ibnu Abbas (seorang sahabat, saudara sepupu Nabi yang dikenal sangat ahli dalam tafsir al-Qur’an) meriwayatkan bahwa saat Nabi berhijrah ke Madinah, beliau menjumpai orang-orang Yahudi di sana mengerjakan puasa Asyura. Nabi pum bertanya tentang alasan mereka berpuasa. Mereka menjawab: “Ini adalah hari istimewa, karena pada hari ini Allah menyelamatkan Bani Israil dari musuhnya, Karena itu Nabi Musa berpuasa pada hari ini. Rasulullah pun bersabda: “Aku lebih berhak terhadap Musa daripada kalian”. Maka beliau nerpuasa dan memerintahkan shahabatnya untuk berpuasa. (HR. Bukhari dan Muslim).
Dari dua hadis tersebut menunjukkan bahwa hari Asyura merupakan hari bersejarah yang diagungkan dari masa ke masa. Maka sudah sepatutnya kita yang mengaku pengikut nabi Muhammad SAW, harus menyambutnya sesuai dengan tuntunan Rosululloh SAW. Terkait dengan amalam pada tanggal 10 muharram, minimal 3 hal yang harus kita lakukan:
Pertama, mengerjakan puasa sunnah pada hari Asyura atau tanggal 10 Muharram. Keutamaan puasa pada hari ini diantaranya disebutkan dalam hadits Nabi:”Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam ditanya tentang puasa hari Asyura, beliau menjawab: “Puasa pada hari Asyura menghapuskan dosa setahun yang lalu.” (HR. Muslim). Terkait dengan dosa yang dimaksud dalam hadis tersebut, maka Imam Nawawi menjeaskan dalam kitab Al Minhaj syarah Sohih Muslim Ibnu Hajar, bahwa dosa yang dimaksud adalah dosa kecil. Adapun hutang piutang, harta orang yang termakan tidak bisa ditebus dengan puasa sunah bulan muharram.
Kedua, mengerjakan puasa Tasu’a atau puasa sunnah hari kesembilan di bulan Muharram. Mengenai puasa ini Ibnu Abbas meriwayatkan: “Pada waktu Rasulullah dan para sahabatnya mengerjakan puasa Asyura, para sahabat menginformasikan kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wassalam bahwa hari Asyura diagungkan oleh orang-orang Yahudi dan Nasrani. Maka Nabi bersabda : “Tahun depan Insya Allah kami akan berpuasa juga pada hari kesembilan”. kata Ibnu Abbas, akan tetapi sebelum mencapai tahun depan Rasulullah s.a.w. wafat”. (H.R. Muslim dan Abu Daud). Dengan demikian, kita melakukan puasa Asyura dengan menambah satu hari sebelumnya yaitu hari Tasu’a, atau tanggal 9 di bulan Muharram. Kita disunnahkan berpuasa selama 2 hari, yaitu tanggal 9 dan 10 Muharram.
Ketiga, memperbanyak sedekah. Dalam menyambut bulan Muharram diperintahkan agar memperbanyak pengeluran dari belanja kita sehari-hari untuk bersedekah, membantu anak-anak yatim, membantu keluarga, kaum kerabat, orang-orang miskin dan mereka yang membutuhkan. Semua itu hendaknya dilakukan dengan tidak memberatkan diri sendiri dan disertai keikhlasan semata-mata mengharap keridhaan Allah.Mengenai hal ini Rasulullah bersabda: “Siapa yang meluaskan pemberian untuk keluarganya atau ahlinya, Allah akan meluaskan rizki bagi orang itu dalam seluruh tahunnya.” (HR Baihaqi)
Pada akhirnya, semoga dengan melakukan ibadah puasa Asyuro dan amalan-amalan sunah lainya, menjadikan kita sebagai sosok atau cermin kepribadian sebagai orang yang beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT.
Dari berbagai sumber